Halo kawan, pada tulisan sebelumnya, Sarkliwon membahas tentang Monumen Pers Nasional. Di dalamnya, terdapat banyak sekali koleksi dari surat kabar, majalah, maupun peralatan pers pada jaman penjajahan Belanda. Salah satu koleksi museum yang menarik perhatian adalah Radio Kambing.(Baca : Pengalaman Berkunjung Ke Monumen Pers Nasional Di Solo )
Radio ini pernah melakukan siaran langsung Solo - Den Haag pada tahun 1936. Pada waktu itu, putri Sri Mangkunegoro VII, Gusti Nurul, menari tari Srimpi dalam resepsi pernikahan Ratu Yuliana dan Pangeran Benhard di Istana Noordine Den Haag Belanda.
Menariknya, iringan gendhing dilakukan di Solo dan disiarkan oleh radio milik Mangkunegaran pada saat itu SRV (Solosche Radio Vereneeging). Di istana, Gusti Nurul menari mengikuti iringan gendhing yang dipancarkan dari Solo ke negeri Belanda.
Inilah satu peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Siaran langsung radio dari SRV Solo ke de Haag Belanda pada tahun 1936 merupakan siaran yang terjauh dalam sejarah penyiaran tanah air.
Mengapa disebut Radio Kambing?
Pemancar radio kambing di Monumen Pers Nasional |
Pemancar ini disebut Radio Kambing karena menurut sejarah, para pejuang RRI dan TNI menyembunyikannya di dalam kandang kambing. Ini dilakukan untuk mengelabui Belanda yang pada tahun 1948-1949 melakukan Agresi Militer II. Pada waktu itu, studio RRI Solo diserang oleh Belanda. Oleh karena itu, radio pemancar diungsikan ke Desa Balong, lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.
Itulah sekilas sejarah mengenai Radio Kambing yang sangat bersejarah dalam dunia pers nasional. Semoga bermanfaat.