Baru saja Sarkliwon membaca tulisan di sebuah portal berita online yang berjudul “Investasi Bodong Kembali Makan Korban”. Kalimat “kembali makan korban” berarti kejadian yang terjadi berulag-ulang. Dan memang begitu adanya. Banyak orang yang mengharapkan keuntungan besar dengan berinvestasi, yang terjadi malah yang uang melayang entah ke mana. Dari tahun ke tahun berbagai kejadian penipuan berkedok investasi selalu terjadi. Lalu apa yang menyebabkan banyak orang masih saja tertarik dengan model investasi seperti ini?
Menurut pendapat Sarkliwon, ada tiga faktor utama yang bisa membuat orang tergiur untuk menanamkan uang di program investasi bodong antara lain :
Pertama, tergiur imbal balik (return) yang besar. Tidak dipungkiri bahwa hasil imbal balik besar menjadi magnet yang menarik banyak nasabah untuk berinvestasi. Bahkan imbal balik yang tidak masuk akal, biasanya 10%. Para pakar investasi mengatakan bahwa imbal balik di atas bunga deposito yang ditawarkan oleh sebuah program investasi, kemungkinan besar itu adalah investasi bodong. Memang ada satu dua yang berhasil mendapatkan keuntungan dalam beberapa bulan awal.Tapi, keuntungan sebagian kecil investor tersebut hanyalah dimanfaatkan oleh para pemilik program investasi bodong untuk menarik lebih banyak nasabah. Dengan demikian, semakin banyak nasabah, semakin banyak uang mengalir ke rekening mereka. Ketika uang raib dibawa kabur baru ketahuan bahwa para nasabah tertipu dengan program tersebut. Jadi, faktor “keserakahan" manusia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para penipu ulung.
Ikut investasi maunya dapat untung, malah buntung via flickr.com |
Kedua, tidak ada risiko. Salah satu faktor yang menarik para nasabah untuk berinvestasi di program investasi bodong adalah mereka tidak menanggung risiko kerugian. Padahal, dalam dunia investasi apapun pasti ada risiko. Inilah yang sering membutakan para nasabah. Maunya untung besar tapi tidak mau ada risiko. Namun, ketika berjalannya waktu, perusahaan investasi kolaps tidak mampu mengembalikan uang nasabah, bahkan dibawa kabur. Bukankah ini risiko yang merugikan dan memalukan.
Ketiga, untung besar tanpa harus bekerja. Inilah pola pikir yang sering menjangkiti sebagian masyarakat Indonesia. Dan ini dimanfaatkan betul oleh para penipu yang berkedok investasi. Mereka mengiming-imingi keuntungan besar tanpa harus bekerja jika nasabah berinvestasi di perusahaan mereka. Perusahaanlah yang akan memutar uangnya dengan dalih untuk menjalankan usahanya dimana uang hasil keuntungan akan dibagikan kepada nasabah. Siapa yang tidak tertarik dengan model investasi yang seperti ini.
Itulah tiga faktor utama yang bisa membuat orang terjerumus kepada investasi bodong. Jika sudah terjebak dan masuk ke dalam sistem investasi abal-abal tersebut, maka yang ada hanyalah penyesalan di kemudian hari. Oleh karena itu, tetap waspada akan maraknya investasi bodong baik secara online maupun offline agar Anda tidak menjadi korban berikutnya.